• About
  • Contact
  • Sitemap
  • Privacy Policy

KONSELING PENDEKATAN KOGNITIF-BEHAVIROAL

 

DARI BEHAVIORISME KE KONSTRUKTIVISME

KONSELING PENDEKATAN KOGNITIF-BEHAVIROAL
Pendekatan ini bersumber dari psikologi behavioral (perilaku) dan memiliki tiga karakteristik : pemecahan masalah (problem solving), pendekatan perubahan terfokus (change focused approach) untuk mengahadapi klien; penghormatan terhadap nilai ilmiah; dan memiliki perhatian yang lebih terhadap proses kognitif-alat untuk mengontrol dan memonitor tingkah laku mereka.
Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral
            Untuk memahami karakteristik konseling kognitif-behavioral, merupakan keharusan untuk meniliti sumber historis dalam disiplin keilmuan psikologi akademis. Dimensi behavioral dalam pendekatan kognitif-behavioral bersumber dari psikologi behavioral, yang diketahui secara luas, diciptakan oleh J.B.Watson, khususnya melalui publikasi Psychology from the Standpoint of a Behaviorist pada 1919.
            Manifesto behavioral Watson meyakinkan banyak koleganya, terutama di AS, dan untuk tiga puluh tahun kemudian aliran utama psikologi akademis didominasi oleh ide aliran behavioral. Mereka mengambil posisi yang menyatakan bahwa semua percayaan dan kebiasaan yang ditunjukkan oleh seseorang bersifat dipelajari, dan karena itu tugas paling penting dari psikologi adalah cara menemukan orang belajar.
            Dalam analisis terhadap akar behaviorisme, Bakan (1970) menunjukkan bahwa behavioris seperti Skinner tumbuh dilingkungan yang penuh hewan dan mesin, dan karena itu tidak diragukan lagi mengapa ia tertarik dengan ide melaksanakan eksperimen laboratorium terhadap hewan kecil.
Walaupun diawal kemunculannya pada 1930-an dan 1940-an aliran behaviorisme dipandang oleh mereka yang terlibat dalam konseling dan psikoterapi merupakan visi dan citra manusia yang kering dan tidak sesuai, adalah esensial untuk mengakui pengaruhnya yang dalam terhadap para psikolog AS.


Aplikasi Ide Behavioral dalam Praktik Klinis
            Skinner  (1953) menemukan bahwa ketika para binatang diberi hadiah atau hukuman secara acak, tanpa ada hubungan antara perilaku aktual mereka denga hasilnya, dalam arti makanan, mereka mulai mendapatkan perilaku ritualistik atau obessional.
            Aplikasi terkini dari ide bahavioral daalm terapi terlihat dengan jelas pada pengkondisian operan model pembelajaran Skinner, yang indikasi praktisnya dapat dilihat dikasus Ayllon dan Azrin (1968), dan terhadap model pengkondisian kalsik Pavlov, yang emnghadirakn dasar pemikiran untuk teknik desensitisasi sistematis (systematic desensitization) yang digunakan oleh Wolpe.
Metode Behavioral dalam Konseling
            Modifikasi perilaku adalah sebuah teknik yang berangkat dari konsepsi Skinnerian bahwa dalam setiap situasi atau dalam merespon setiap stimulus, seseorang sudah memiliki perbendaharaan respons yang mungkin sesuai dengan stimulus tersebut, dan mengeluarkan perilaku yang dikuatkan atau diberi ganjaran. Diaplikasikan kepada individu dengan perilaku bermasalh, ide ini menyatakan bahwa sesuatu yang berguna untuk memberikan hadiah atau meguatkan perilaku yang diharapkan, dan mengacuhkan perilaku yang tidak diharapkan. Jika perilaku tidak segera diberikan penguatan, maka akan berlangsung proses penghapusan dan secara perlahan akan menguras perbendaharaan yang ada.
Modifikasi perilaku dalam kasus bulimia.
Makan berlebihan yang kemudian dimuntahkan kembaliadalah karakteristik kondisi yang disebut sebagai bulimia nervousa. Termasuk dalam fase awal perawatannya adalah swa-monitor perilaku makannya secara cermat untuk waktu tiga minggu. Dia menulisakan apa yang dimakannya, seberapa banyak yang diambil tiap makan, dan berapa kali ia memuntahkan makanannya selama atau sesudah tiap bersantap.
Mengkombinasikan Teknik Behavioral dan Kognitif dalam Kasus kecemasan Penampilan Olahraga.
Houghton (1991) telah mempublikasikan laporan kasus penanganan yang dilakukannya terhadap para atlet elite yang menderita kecemasan yang berhubungan dengan penampilannya. Atlet yang dilaporkannya adalah seorang pemanah pria yang telah mewakili negaranya dalam ajang olimpiade dan kompetensi kejuaraan dunia. Menindak lanjuti analisis informasi dasar ini, ia diperkenalkan kepada metode relaksasi progresif dan diajarkan teknik visualisasi yang menyertakan cognitif rehearsal penampilam yang bagus.
Elemen kognitif
Beck (1976) mendeskripsikan kognisi kritik-diri ini sebagai “pemikiran otomatis” dan mulai memandang mereka sebagai salah satu kunci menuju terapi yang sukses. Ketika seorang klien dapat dibantu untuk memperhatikan “dialog internal”, yaitu aliran pemikiran otomatis yang mengiringi dan membimbing aksi mereka, maka mereka akan dapat memilih pernyataan diri yang tepat, dan jika perlu menemukakan pemikiran dan ide baru yang akan mengarah kepada hidup yang lebih memuaskan.
Proses Kognitif
            Model terbaik yang dikenal dalam pemrosesan kognitif yang digunakan konselor kognitif-behavioral milik Beck (1976), dikenal dengan model distorsi kognitif. Dalam kerja ini, pengalaman berupa ancaman akan berakibat pada hilangnya kemampuan untuk memproses informasi secara efektif.
            Model distorsi pemrosesan kognitif dalam banyak hal mirip denagn ide pemikiran proses berpikir primer freudian. Freud menganggap manusia mampu melakukan pemikiran yang rasional dan logis, tapi pada saat yang sama juga sangat terbuka terhadap pemikiran proses primer yang berkembang kurang matang, dalam arti pemikiran masih didominasi oleh kebutuhan emosional.
Kandungan Kognitif
            Tujuan utama dari sebagian besar karya kognitif-behavioral adalah untuk menggantikan keyakinan yang memberikan kontribusi kepada perilaku self-defeating dengan keyakinan yang diasosiasikan dengan penerimaan diri (self-acceptance) dan pemecahan masalah yang konstruktif.
Teknik dan Metoda Konseling Kognitif-Behavioral
            Pendekatan kognitif-behavioral berorientasi kepada tindakan klien yang menghasilkan perubahan. Kecenderungan dalam kognitif-behavioral adalah dilaksanakannya pendekatan ini dalam sebuah program yang terstuktur langkah demi langkah. Program seperti ini dapat mencakup :
  1. Menciptakan hubungan yang sangat dekat dan aliansi kerja antara konselor dan
klien. Menjelaskan dasar pemikiran dari penanganan yang akan diberikan.
  1. Menilai masalah. Mengidentifikasi, mengukur frekuensi, intensitas dan keyakinan masalah perilaku dan kognisi.
  2. Menetapkan target perubahan. Hal ini seharusnya dipilih oleh klien dan harus jelas, spesifik dan dapat di capai.
  3. Penerapan teknik kognitif dan behavioral (perilaku)
  4. Memonitor perkembangan dengan menggunakan penilaian berjalan terhadap perilaku sasaran.
  5. Mengakhiri dan merancang program lanjutan untuk menguatkan generalisasi dari apa yang didapat.
Person berpendapat bahwa merupakan suatu hal yang berguna dalam pendekatan kognitif-behavioral untuk mengintegrasikan semua informasi ini dalam kesatuan formulasi atau konseptualisasi kasus. Ini adalah jenis teori mini kepribadian klien dan permasalahannya. Persons menyatakan ketika konselor telah mengkonseptualisasikan kasus tersebut secara penuh, maka rintangan dalam melakukan perawatan baru akan tampak dank arena itu dapat dihilangkan.
Konselor kognitif-behavioral biasanya akan menggunakan berbagai teknik intervensi untuk mendapatkan kesepakatan perilaku sasaran dengan klien. Teknik yang biasanya digunakan adalah :
1.      Menantang keyakinan irasional.
2.      Membimbing kemabali isu; misalnya, menerima kondisi emosional internal sebagai sesuatu yang menarik ketimbang sesutau yang menakutkan.
3.      Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam role play dengan konselor.
4.      Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi riil.
5.      Mengukur perasaan; misalnya, dengan menempatkan perasaan cemas yang ada saat ini dalam skala 0-100.
6.      Menghentikan pikiran. Ketimbang membiarkan pikiran cemas atau obsesional “mengambil alih”, lebih baik klien belajar untuk menghentikan mereka dengan cara seperti menyabetkan karet ke pergelangan tangan.
7.      Desensitisasi sistematis. Digantikan respons takut dan cemas dengan respons relaksasi yang telah dipelajari. Konselor membawa klien melewati tingkatan hierarki situasi untuk melenyapkan rasa takut.
8.      Pelatihan keterampilan social atau asertifikasi.
9.      Penugasan pekerjaan rumah. Mempraktikan perilaku baru dan strategi kognitif antara sesi terapi.
10.  Invivo exposure. Memasuki situasi paling menakutkan dengan didampingi oleh konselor misalnya mengunjungi pertokoan dengan klien yang menderita agrofobia. Peran konselor adalah memotivasi klien menggunakan teknik kognitif-behavioral untuk mengatasi situasi tersebut.
Sebuah Penilaian Terhadap Pendekatan Kognitif-Behavioral
Konsep dan metoda kognitif-behavioral telah membuat kontribusi besar dalam bidang konseling. Ketertarikan banyak konselor kepada pendekatan kognitif-behavioral dikarenakan pendekatan ini langsung dan praktis, serta lebih menekankan pada aksi. Efektivitas terapi kognitif-behavioral terhadap beragam kondisi telah dikonfirmasikan lebih dari cukup dalam litelatur riset.
Walaupun demikian, ada dua bidang teoritis signifikan yang menjadikan pendekatan kognitif-behavioral terbuka untuk dikritik. Yang pertama berkenaan dengan konsep hubungan terapeutik. Terapis aliran kognitif-behavioral menganggap terjalinnya hubungan yang baik dengan klien merupakan keharusan. Isu kedua yang mepresentasikan dilemma teoritis bagi konselor aliran kognitif-behavioral berkenaan dengan cara kognisi (kesadaran) itu dipahami dan dikonseptualisasikan. Prinsip dasar dalam pendekatan ini adalah perubahan dalam berpikir dapat menghasilkan perubahan dalam perilaku.
Revolusi Konstruktivis
            Mungkin kontruktivisme dapat dikarakterisasikan berdasarkan tiga asumsi mendasar. Pertama, seseorang dianggap sebagai active knower yang secara sengaja melibatkan diri dalam memahami dunianya. Kedua, bahasa berfungsi sebagai wadah untuk tempat seseorang mengkonstruksikan pemahamannya tentang dunia. Ketiga, adanya perkembangan dalam kapasitas manusia untuk mengkonstruksi dunia mereka.

Perbandingan antara Kognitif dan Pendekatan Konstruktivis Konseling
Fitur
Terapi Kognitif Tradisional
Terapi Konstruktivis
Sasaran intervensi dan penilaian


Fokus temporal


Tujuan dari perawatan


Gaya terapi


Peran terapis


Interpretasi emosi





Pemahaman terhadap “resistansi klien”
Pikiran otomatis yang terisolasi atau keyakinan yang irasional

Ada


Korektif menghilang disfungsi

Sangat direktif dan psikoedukatif

Persuasive, analitis, instruktif secara teknik

Emosi negative merupakan hasil dari pemikiran yang terdistorsi merepresentasikan masalah untuk dikontrol

Kurang memotivasi, dipandang sebagai disfungsi sosial
Sistem gagasan, narasi personal


Ada, namun lebih menekankan pada perkembangan
Kreatif memfasilitasi perkembangan

Kurang terstruktur dan lebih bersifat eksplorasi

Reflektif, sangat personal


Emosi negative adalah sinyal informative untuk menantang gagasan yang sudah eksis untuk dihormati


Usaha untuk melindungi proses penyusunan inti
           
Perintis utama sejarah terapi kontruktivisme adalah personal construct psychology yang ditemukan oleh Kelly (1955) dan kemudian dikembangkan oleh Bannister, Fransella, Mair dan para kolega mereka dan sebagian besar dilakukan Inggris (Banister dan Fransella 1985). Teori ini menyatakan bahwa orang memahami atau menginterpretasikan dunia melalui system gagasan diri.
Terapi Berfokus Sosial
            Dalam beberapa tahun terakhir ini solution-focused therapy (terapi berfokus solusi) adalah pendekatan konseling dan psikoterapi kontruktivisme. Ulasan yang sangat bagus tentang terapi berfokus solusi dapat ditemukan dalam O’Connell (1998)
Terapi singkat berfokus solusi biasanya diasosiasikan sebagai hasil kerja Steve de Shazer di Brief Family Therapy Centre di Milwaukee, termasuk kelompokk kolega dan para kolabolator lainnya seperti Insoo Kim Berg dan Bill O’Hanlan de Shazer memiliki latar belakang pekerja social dan musik. Teori pendekatan berfokus solusi didasarkan kepada serangkaian strategi yang didesain untuk memungkinkan para klien mengartikulasikan dan bertindak berdasarkan cakupan solusi paling luas terhadap masalah mereka.






KONSELING PENDEKATAN KOGNITIF-BEHAVIROAL 4.5 5 Unknown DARI BEHAVIORISME KE KONSTRUKTIVISME KONSELING PENDEKATAN KOGNITIF-BEHAVIROAL Pendekatan ini bersumber dari psikologi behavioral (pe...


No comments:

Post a Comment

J-Theme