• About
  • Contact
  • Sitemap
  • Privacy Policy

Pola Asuh (Perkembangan seorang anak)

 

Pola Asuh

Perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan yang terdekat, yang paling awal dan yang terlama dialami seseorang adalah lingkungan keluarga. Dan dalam lingkungan keluarga tersebut, yang memiliki andil atau pengaruh terbesar dalam perkembangan seorang anak salah satu diantaranya adalah pola asuh orangtua. Bagaimana cara orangtua mendidik dan mengasuh sang anak, dapat menentukan baik-buruknya perkembangan anak.
Pola asuh orangtua menurut Diana Baumrind yaitu, pola asuh, permisif indifferent, permisif indulgent, otoriter, dan otoritatif. Akan tetapi yang akan dibahas di sini adalah pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter merupakan pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orangtua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orangtuanya. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orangtua yang telah membesarkannya.
Idealnya, anak hasil didikan orang tua otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup. Akan tetapi, pola asuh otoriter ini biasanya lebih sering menyebabkan anak tidak bahagia, paranoid/selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan hal-hal negatif lainnya.
Contoh kasusnya (saya ambil dari komik “Godhand Teru) adalah tentang seorang anak yang bernama Takeru, yang dibesarkan orang tuanya dengan keras, tanpa memperoleh kasih sayang yang dibutuhkannya, kesenangan dan kegembiraan bermain dengan teman sebayanya. Setiap hari ia harus berlatih bermain piano tanpa henti, bahkan saat sakit sekalipun. Orangtuanya menginginkanya menjadi pianis terkenal meneruskan jejak mereka. Pada suatu saat, saat ia sakit, orangtuanya malah pergi konser ke luar negeri tanpa menjenguknya. Bahkan saat mereka pulang pun, yang ditanya pertama kali bukanlah keadaannya. Akan tetapi, mereka malah bertanya apakah ia tidak bolos latihan, dan langsung menguji kemampuan bermainnya. Pada saat ia protes, orangtuanya malah mengatakan agar ia jangan egois, karena semua itu demi dirinya dan mereka tidak butuh anak yang membolos latihan.
Pada kasus pola asuh otoriter, orangtua sering memaksakan kehendak mereka. Mereka beranggapan bahwa semua yang mereka lakukan adalah demi anaknya. Mereka seakan-akan lebih tahu apa yang terbaik bagi anaknya, tanpa mereka mempedulikan perasaan dan keinginan si anak. Sering terjadi, mereka menetapkan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh anak, dan tidak akan segan-segan menghukum si anak apabila tidak mematuhi aturan-aturan tersebut (biasanya dalam bentuk hukuman fisik).
Dengan pola asuh semacam ini, anak akan kehilangan jati dirinya. Karena semua yang mereka lakukan telah diatur, sehingga anak tidak dapat mengekspresikan dirinya. Selain itu, anak juga akan cenderung kurang berinisiatif. Karena apa yang akan mereka kerjakan sudah diatur oleh orangtua mereka. Tugas mereka hanya patuh dan melakukan apa yang telah diperintahkan kepada mereka. Mereka seakan-akan hanyalah sebuah robot yang dikendalikan oleh para orangtua.
Seperti pada contoh kasus di atas, Takeru dipaksa orang tuanya untuk terus berlatih bermain piano, meskipun itu harus mengorbankan waktunya bermain, dan bersenang-senang bersama teman-teman sebayanya. Bahkan di saat sakit sekalipun, ia tidak boleh bolos latihan piano. Dan ia akan dihukum jika tidak melaksanakannya, bahkan dianggap tidak dibutuhkan sebagai seorang anak.
Selain itu, dengan pola asuh otoriter tersebut akan membuat anak menjadi tertekan dan menjadi pribadi yang tertutup (introvert). Apalagi dengan terus-menerus berlatih piano, menyebabkan Takeru menjadi kurang bergaul dengan teman sebayanya atau kurang bersosialisasi. Sehingga dapat menyebabkan Takeru menjadi pribadi yang tertutup, dan kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi kurang berkembang dengan baik. Hal ini pada akhirnya, tanpa disadari dapat membuat seorang anak menjadi minder dan kurang percaya diri.


Pola Asuh (Perkembangan seorang anak) 4.5 5 Unknown Pola Asuh Perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan yang terdekat, yang paling awal dan yang terla...


No comments:

Post a Comment

J-Theme