S
memiliki tinggi badan 170 cm dengan berat badan 80 kg. S terlihat memiliki
badan tinggi besar. Namun cara berjalan S terkesan lambat dan bungkuk. Awalnya
pemeriksa meminta bantuan untuk dicarikan klien kasus neurotik, namun akhirnya
S menawarkan dirinya sendiri dengan alasan dirinya juga sedang mengalami
masalah.
Pertemuan
pertama dilakukan untuk In-Take, karena S mengeluhkan kondisi dirinya, S datang
dengan mengenakan pakaian yang casual, cenderung santai, dengan menggunakan
kaos dan celana jeans. S mengeluhkan kondisi dirinya yang tidak memiliki
semangat untuk mengerjakan skripsi. S merasa tidak memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan skripsi. Beberapa kali S mengatakan malas dan harus memulai dari
mana untuk mengerjakan skripsi. S merasa tidak memiliki daya dan tenaga untuk
mengerjakan skripsi karena pemahaman S dalam konsep teoritis kurang. Selain itu
S juga merasa membutuhkan arahan dari banyak pihak untuk mengerjakan
skripsinya.
Berdasarkan In take, diperoleh data
bahwa S adalah individu yang kurang memperhatikan penampilan fisiknya.
ANAMNESA
KELUARGA
Keurutan
dalam keluarga :
- P, 28 tahun, PNS dokter di
Puskesmas
- S, 23 tahun, Mahasiswa
Semester 9 Unisba
- P, 11 tahun, siswi SMP kelas
1
Ayah
Ayah digambarkan oleh sebagai figur
yang keras, otoriter, galak, tidak dapat ditentang semua keputusannya dan
sering pemberi aturan di rumah. Semenjak SD sampai SMA ayah memberikan banyak
larangan pada S. jika S melanggar maka Ayah akan langsung memberikan hukuman,
sampai memberikan hukuman fisik. S merasa sampai SMA ayah sangat
over-protective padanya. S tidak memiliki kuasa untuk menentang segala aturan
yang diberikan ayahnya. Pernah S melanggar jam malam yang ditentukan ayah,
kemudian S mencoba untuk melawan, ayah langsung mengatakan “eh...wani ka kolot”
(eh, berani sama orang tua), dengan nada tinggi.
Ayah tidak hanya keras di rumah, di
lingkungan pekerjaannya pun ayah terlihat seperti itu. S pernah melihat ayah
marah pada anak buahnnya di depan banyak orang dengan nada yang tinggi dan keras.
Namun, S juga menyadari bahwa ayah
selalu memenuhi segala kebutuhan yang S butuhkan. Seperti kebutuhan untuk
sekolah, kuliah, kebutuhan sehari-hari, juga motor. Bahkan, S memiliki
cita-cita, ingin menjadi anggota POLRI jika sudah lulus.
Ibu
Ibu
digambarkan sebagai individu yang perhatian, dekat dengan S, namun cerewet. Ibu
sering mengkritik cara S berpakaian. Namun, S merasa lebih dekat dengan ibu
dibanding dengan ayah. S sering 'curhat' dengan ibu, seperti masalah kuliah
atau masalah pacarnya.
Kakak
S
tidak terlalu dekat dengan kakak. S ingat bahwa ketika masih kecil, S sering
bertengkar dengan kakak, tidak jarang S betengkar secara fisik dengan kakaknya
selain verbal, namun sekarang sudah berkurang. Kakak S baru menikah satu bulan
yang lalu. S jarang berkomunkasi dengan kakak. S menggambarkan bahwa kakak
adalah individu yang sensitif, mudah tersinggung dan pemarah.
Adik
S
menggambarkan bahwa adik S adalah individu yang manja, mudah marah, dan anak
yang paling berani menentang ayah. Ayah pun cenderung akan mengalah jika adik
sudah melawan. S lebih dekat dengan adik daripada dengan kakak. S mengajarkan
adik untuk berani melawan, termasuk jika teman-temannya mengganggunya. S merasa
caranya mengajarkan adiknya berperilaku keras salah, karena sekarang S mulai
melihat bahwa adiknya makin “tomboy” dan sangat mudah murah. S mengatakan
sekarang S lebih menyarankan pada adiknya jika ada yang mengganggunya,
sebaiknya dilaporkan pada guru. Saat ini adik S aktif dalam kegiatan beladiri.
KEHIDUPAN
EMOSI
S menggambarkan bahwa dirinya saat
ini sudah ada perubahan. Dulu sampai SMA, S adalah individu yang keras, sangat
mudah marah terutama agresi secara fisik, dan mudah tersinggung. Perbuatan
tersebut membuat hubungan S dengan beberapa pacarnya tidak baik. Bila S marah,
S akan langsung menyerang orang yang membuatnya marah, atau bila S tidak bisa
frontal secara langsung, S akan meninju tembok atau pintu sampai retak.
S merasa semenjak kuliah dirinya
sudah berubah, namun pemarah pada dirinya masih sulit untuk dikendalikan. S
mulai menyibukkan dirinya ke dalam aktivitas olahraga seperti futsal dan
basket. Namun, jika sedang marah, dan pada saat olahraga ada yang membuatnya
kesal, hal tersebut dapat dengan mudah memicu S untuk kembali mengeluarkan
kemarahannya dengan menyerang orang tersebut. Hal tersebut pernah terjadi,
sampai S dipisahkan oleh teman-temannya.
Terakhir kali S memiliki masalah
yang membuatnya tidak fokus dalam mengerjakan skripsinya, saat itu S sedang
kesal dan marah. Kemudian, terjadi keributan antara fakultas S dengan fakultas
lain. Saat itu ada yang memanas-manasi S, sampai akhirnya S bertengkar dengan 4
orang dari fakultas lain. Namun, teman-temannya segera melerainya. S merasa
tidak puas, karena kemarahannya yang tertahan belum sepenuhnya keluar.
Saat ini S memiliki kecemasan yang
sangat mengganggu, yaitu kecemasan untuk tidak dapat lulus dengan cepat. S
merasa tidak mampu dan bingung harus memulai dari mana untuk mengerjakan
skripsinya. S merasa kemampuan berpikir konseptualnya kurang, malas membaca dan
tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan pendapat jika harus berhadapan
dengan pembimbing.
Selain itu, kecemasan yang S rasakan
juga berkaitan dengan relasinya dengan lawan jenis. S memiliki seseorang yang
menurut S sudah sangat mengecewakannya namun S belum mampu untuk melupakannya.
Sementara itu, S ingin memiliki pacar, namun hal tersebut berdampak pada
relasinya dengan orang yang saat ini sedang didekatinya. S khawatir dirinya
tidak diterima oleh perempuan yang disukainya tersebut.
Sudah
setahun ini, S mengalami dermatitis di betis sebelah kirinya. Baru akhir-akhir
tahun ini S memeriksakannya ke dokter. Bila S merasakan cemas atau ada masalah,
S akan menggaruk bagian yang gatalnya tersebut bahkan sampai luka. S merasa
nyaman, jika sudah menggaruknya. S mengatakan sebelumnya tidak pernah seperti
ini, baru kali ini S mengalaminya.
No comments:
Post a Comment