Sejarah seni rupa di Indonesia tidak dapat di uraikan tanpa mengaitkan
dengan sejarah perkembangan budayanya, keduanya saling mengikat satu sama lain.
Seni rupa merupakan bagian dari budaya di setiap Negara, begitupun sebaliknya
didalam proses berkesenian tidak dapat lepas dari budaya itu sendiri. Oleh
karena itu perkembangan sejarah seni rupa di bagi menjadi beberapa bagian, seni
rupa pra-sejarah, seni rupa hindu budha, seni rupa islam, dan seni rupa modern.
1. Seni Rupa Pra-Sejarah
Dilihat dari segi arkeologis, seni rupa zaman pra-sejarah di bagi mulai
dari zaman batu, zaman logam dan zaman batu besar:
-Zaman batu
Karya seni rupa yang ditemukan meliputi seni bangunan, seni kerajinan,
seni lukis, seni patung. Semua karya masih kurang sempurna mengingat alat dan
bahan masih sangat sederhana serta pengetahuan manusia masih terbatas.
-Zaman Logam
menghasilkan kerajinan dari perunggu seperti genderang, kapak, bejana,
dan patung, pada saat itu manusia mampu membuat ornamen berbagai corak seperti
corak monumental, dongson, dan chou akhir.
-Zaman Megalithikum
Peradaban manusia lebih maju dengan bertambahnya pengetahuan, terlihat
dari hasil karya yang semakin bervariasi. Contohnya Menhir, Dolmen, Sarkofagus,
Kubur batu, Punden berundak dan Arca.
Seni rupa pada masa pra-sejarah memiliki ciri-ciri yang besifat sakral,
profan, tradisional, feodal, dan terbuka.
2. Seni Rupa Hindu Budha
Manusia sudah memiliki keahlian dalam bidang pertanian, membuat
senjata, menuang logam, membuat bangunan, sistem ukur, navigasi, dan sistem
pemerintahan. Dalam bidang seni sendiri, pada zaman hindu-budha bangsa
Indonesia telah mengembangkan beberapa kerajinan, diantaranya batik, wayang,
gamelan, dan seni pahat yangt dipengaruhi budaya India. Karya seni yang
dihasilkan berupa bangunan candi, pura, dan puri, seperti candi borobudur,
prambanan, badut, tikus dll.
a. Hiasan Arsitektural yakni hiasan yang bersifat 3 dimensi yang
membentuk struktur bangunan candi, contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
b. Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensi yang terdapat pada
dinding/bidang candi, contohnya
- Hiasan dengan cerita candi Hindu yakni Mahabarata dan Ramayana
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
3. Seni Rupa Islam
Perkembangan seni rupa islam berbeda dengan perkembangan pada zaman
hindu-budha yang tahap perkembanganya dapat dibagi berdasarkan segi politik dan
kebudayaan, karena hal tersebut sulit di terapkan dalam islam. Agama islam
dibawah oleh para pedagang dari India, Persia dan China, yang menyebarkan
ajaran islam sekaigus memperkenalkan kebudayaan masing-masing sehingga muncul
akulturasi budaya. Agama islam diperkenalkan oeh para mpu sebagai sarana untuk
mengapdi kepada raja/sultan, sedangkan para Wali berperan dalam
mengembangkan seni di masyarakat dengan
media dakwah. Seni rupa pada zaman islam memiliki ciri sebagai berikut:
-Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media
pengabdian kepada Raja / sultan
-Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu
Budha)
Karya seni rupa yang dihasilkan pada zaman islam meliputi:
a. Seni Bangunan
-Masjid:
pembangunan masjid masih
dipengaruh hindu yang terlihat pada bagian atas masjid dengan bentuk limas
bersusun ganjil. contohnya atap masjid Agung Demak dan Masjid Agung Banten.
-Istana/ keraton :
berfungsi sebagai tempat tinggal Raja sekaligus pusat pemerintahan,
serta kegiatan agama dan budaya.
-Makam:
pengaruh seni prasejarah tampak
pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada
nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun
pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup.
b. Seni Hias dan Seni Kaligrafi
Seni hias islam mempunya ciri tersendiri, yakni dengan menghindari
penggambaran makhluk hidup secara realis, yang kemudian dibuat stilasi
(digayakan) atau deformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh–tumbuhan. Seni
Hias yang kemudian diterapkan pada seni kaligrafi. Seni kaligrafi atau seni
khat adalah seni tulisan indah, yang dalam agama Islam menggunakan bahasa arab
yang disebut dengan "Khot" sebagai bentuk simbolis dari rangkaian
ayat – ayat suci Al – Qur’an.
-Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
-Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
-Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan
4. Seni Rupa Modern
Seni rupa modern indonesia terbagi atas beberapa masa, yakni:
a. Masa Perintis Seni Rupa Baru Indonesia
Raden Saleh(1811 -1880) adalah tokohnya, orang pribumi yang mampu
melukis dengan gaya barat, baik dari segi alat, media maupun teknik dengan
penggambaran yang natural. Raden Saleh banyak mendapat bimbingan dari pelukis
Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den
Haag.
Karya-karya Raden Saleh mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
-Bergaya natural dan romantisme
-Kuat dalam melukis potret dan binatang
-Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix.
-Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang
b. Masa Seni Lukis Hindia Molek (1920-1938)
Julukan "Hindia Molek" diberikan oleh S.Sudjojono karena yang
dilukiskan hanya keindahan alam saja. Setelah kematian Raden Saleh yang hampir
setengah abad, Indonesia mengalami mati suri dalam perjalanan seni rupa yang
akhirnya memberikan dampak: Dampak
negatif karena dianggap mengalami kemunduran dengan jumlah seniman yang
sedikit dan penyempitan tema yaitu terbatas pada keindahan alam. Dampak positif
yakni banyak pelukis yang
melukiskan keindahan alam Indonesia, otomatis mengangkat nilai apresiatif (penghargaan)
terhadap keindahan alam Indonesia yang sangat
dikagumi oleh seniman pribumi
dan eropa.
c. Masa Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia)
Tujuan dari kelompok persagi adalah untuk mencari corak seni yang baru,
pemahaman melukis tidak hanya
pemandangan sawah, sungai, pantai dan gadis cantik. artinya membuat karya seni sesuai dengan realita yang ada tanpa membaguskan objek. Tokoh yang
aktif sekaligus penggerak Persagi adalah S. Sudjojono, melalui tulisan-tulisannya
yang dimuat di majalah dan surat kabar. Seni lukis sebagai salah satu unsur
kebudayaan suatu bangsa dengan sendirinya seharusnya mengungkapkan
corak yang cocok dengan
watak bangsa itu dan menganjurkan kepada
para pelukis untuk mempelajari kehidupan rakyat jelata di kampung-kampung dan
di desa-desa.Tokoh lainnya seperti Otto Djaja, Suromo, G.A. Soekirno.
d. Masa Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukan jepang, seni rupa tidak begitu terlihat
perkembangannya. Hanya saja pada saat itu Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA
SHIDOSO, Lembaga Kesenian Indonesia–Jepang yang pada dasarnya lebih mengarah
pada kegiatan propaganda Jepang. Kemudaian tahun 1943 Bung Karno, Bung Hatta,
Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur mendirikan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) dengan
tujuan memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Tokoh utama
pada masa ini antara lain:
S. Sudjojono, Basuki Abdullah, Emiria Surnasa Agus Djajasumita, Barli
dan Affandi.
e. Masa Pendirian Sanggar-sanggar
Pertumbuhan seni rupa berjalan terus hingga tahun 1950 dengan munculnya
lembaga pendidikan kesenian formal seperti Akademi Seni Rupa (ASRI) Yogyakarta
dan Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar bagian Seni Rupa ITB. Sekitar tahun
1975, muncul karya - karya seni rupa baru yang tidak lagi dapat disebut sebagai
seni lukis dalam arti umum dan merupakan sikap pemberontakan terhadap kemapanan
seni dan seniman yang ada. Ha tersebut disambut dengan tanggapan kurang
positif, bahkan cemoohan oleh para seniman, masyarakat dan pemerhati seni.
Karya-karya seni rupa baru cenderung bersifat eksperimental atau
memberi pengalaman baru dari apa yang telah ada dengan maksud memenuhi tuntutan
zaman dan situasi yang berkembang. Seniman dalam grup ini adalah Harsono, Nanik
Mirna, Siti Adiyati Subangun, Ris Purwono, S. Prinka, Bonyong Munni Ardhi, dan
Jim Supangkat.
No comments:
Post a Comment