Perkembangan merupakan konsep yang
berbeda dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan pola perubahan atau gerakan
yang dimulai dari permbuahan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan
(Santrock, 1995). Dalam perkembangan, perubahan tidak saja terjadi secara
kuantitatif atau jumlah namun juga kualitatif atau ada perubahan kualitas.
Sedangkan pertumbuhan lebih bersifat kuantitatif, biasanya mengarah pada hal
fisik seperti, tinggi badan, berat badan.
Perkembangan kognitif merupakan salah
satu topik yang sering dibicarakan dan diperdebatkan banyak orang. Berbagai
cara dilakukan supaya perkembangan kognitif seorang anak menjadi optimal. Pertanyaan-pertanyaan
yang sering muncul adalah hal-hal apa saja
yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak ? Dan Bagaimana mengoptimalkan perkembangan kognitif pada anak ?
Perkembangan kognitif meliputi
perkembangan dalam hal pemikiran, intelegensi, dan bahasa. Kemampuan kognitif
seseorang dipengaruhi oleh dua hal yaitu, faktor herediter atau keturunan dan
faktor non herediter. Faktor herediter merupakan faktor yang bersifat statis,
lebih sulit untuk berubah. Sebaliknya, faktor non herediter merupakan faktor
yang lebih plastis, lebih memungkinkan untuk di-“utak-atik” oleh lingkungan. Pengaruh
non herediter antara lain peranan gizi, peran keluarga - dalam hal ini lebih
mengarah pada pengasuhan, dan peran masyarakat atau lingkungan termasuk
pengalaman dalam menjalani kehidupan.
Perkembangan kognitif sendiri sudah
dapat dipersiapkan sejak dalam kandungan sampai dewasa. Asupan gizi yang sehat
dan seimbang menjadi fondasi bagi perkembangan kognitif. Calon bayi juga dapat
dirangsang dengan cara memberikan stimulus atau rangsangan seperti, mengajak
bercakap-cakap, mendengar musik, melakukan relaksasi, menjaga stabilitas emosi
pada ibu. Setelah lahir, rangsangan yang diberikan juga tetap diberikan.
Salah satu perkembangan fisik yang
mempengaruhi perkembangan kognitif adalah perkembangan otak. Otak berkembang
paling pesat pada masa bayi. Pada masa kanak-kanak otak tidak bertumbuh dan
berkembang sepesat masa bayi. Pada masa awal kanak-kanak, perkembangan otak dan
sistem syaraf berkelanjutan. Otak dan kepala bertumbuh lebih pesar daripada
bagian tubuh lainnya.
Bertambah matangnya otak,
dikombinasikan dengan kesempatan untuk mengalami suatu pengalaman melalui
rangsangan dari lingkungan menjadi sumbangan terbesar bagi lahirnya
kemampuan-kemampuan kognitif pada anak. Artinya, perkembangan kognitif menjadi
optimal jika ada kematangan dalam pertumbuhan otak serta ada rangsangan dari
lingkungannya.
Kasih sayang merupakan suatu aspek
penting dari relasi keluarga pada masa bayi yang dapat mempengaruhi
perkembangan kognitif pada anak ke depannya. Penting diperhatikan bahwa kasih
sayang pengasuh pada tahun-tahun pertama kehidupan anak menjadi kunci pada
perkembangan selanjutnya. Seorang pakar psikologi perkembangan, Diana Baumrind
meyakini bahwa orangtua hendaknya tidak menghukum atau mengucilkan anak namun
sebagai gantinya orangtua harus mengembangkan aturan-aturan dan mencurahkan
kasih sayang pada anak.
Faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan kognitif adalah (1) gaya
pengasuhan dan (2) pengaruh lingkungan. Baumrind menekankan tiga tipe
pengasuhan yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, sosial, dan emosional
pada anak, yaitu :
1.
Gaya pengasuhan Otoriter (authoritarian parenting)
·
adalah
suatu gaya yang
membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah
orangtua dan menghormati pekerjaan dan usaha.
·
Orangtua
yang otoriter menetapkan batasan-batasan yang tegas dan tidak memberikan
peluang pada anak untuk berbicara atau bermusyawarah.
·
Pengasuhan
otoriter diasosiasikan dengan inkompetensi sosial pada anak seperti, perilaku
agresif akibat disiplin awal yang terlalu kasar. Perkembangan kognitif anak
juga menjadi kurang optimal karena kurang ada kesempatan untuk mengekspresikan
rasa ingin tahu, mengembangkan kreativitas serta menyelesaikan masalah secara
mandiri.
2.
Gaya pengasuhan Otoritatif (authoritative parenting)
·
merupakan
pengasuhan yang mendorong anak untuk tetap mandiri tapi masih menetapkan
batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka.
·
Orangtua
mampu menunjukkan kehangatan dan kasih sayang sekaligus memungkinkan untuk
melakukan musyawarah dalam menghadapi persoalan.
·
Pengasuhan
otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial yang baik pada anak.
Perkembangan kognitif diprediksikan menjadi lebih optimal karena anak memiliki
kesempatan untuk mengembangkan kreativitas, kemampuan untuk menyelesaikan
masalah (problem solving) namun tetap
mengetahui norma atau aturan yang berlaku, maupun mengembangkan rasa ingin tahu
tanpa mengalami ‘ketakutan’.
3.
Gaya pengasuhan Permisif (permissive parenting) dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Pengasuhan
permissive indulgent
·
merupakan
suatu gaya
pengasuhan dimana orangtua menjadi sangat terlibat dalam kehidupan anak tetapi
menetapkan sedikit batasan atau kendali terhadap perilaku mereka.
·
Pengasuhan tipe ini
diasosiasikan dengan inkompetensi sosial pada anak, khususnya kurang kendali
diri.
·
Perkembangan kognitifnya
juga menjadi kurang optimal karena tidak mengetahui mana hal yang benar dan
kurang benar. Biasanya mereka jarang menaruh hormat pada orang lain, cenderung
egois (selfish type), dan mengalami
kesulitan untuk mengendalikan perilaku mereka.
b.
Pengasuhan
permissive indifferent
·
Adalah
gaya pengasuhan
dimana orangtua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.
·
Anak-anak dengan
pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial khususnya kurang
kendali diri. Mereka berkembang menjadi pribadi yang cenderung liar, kurang
mampu mengenal aturan serta menjadi kurang mampu membangun kemandirian dengan
baik.
·
Aspek-aspek lain dari
kehidupan orangtua menjadi lebih penting daripada kehidupan anak-anak mereka
MENERIMA, TANGGAP
|
MENOLAK, TIDAK TANGGAP
|
|
MENUNTUT, MENGENDALIKAN
|
otoritatif
|
Otoriter
|
TIDAK MENUNTUT, TIDAK MENGENDALIKAN
|
Permissive indulgent
|
Permissive indifferent
|
Orangtua hendaknya menyesuaikan perilaku mereka terhadap anak berdasarkan
pada kedewasaan perkembangan anak. Pada tahun pertama, interaksi
orangtua-anak lebih mengarah pada kegiatan-kegiatan pengasuhan dan perawatan
rutin seperti, memberi makan, mandi, tatap mata, dsb. Pada tahun kedua & ketiga,
orangtua lebih menekankan pada penanganan masalah disiplin dengan manipulasi
fisik. Pada usia yang lebih besar, orangtua berubah secara luas dengan
memberikan penalaran, nasehat moral, memberi atau tidak m emberi hak-hak
khusus. Saat anak memasuki usia sekolah, orangtua biasanya semakin mengurangi
sentuhan fisik pada mereka.
Pengaruh lingkungan juga memberikan
andil yang cukup besar terhadap perkembangan kognitif anak. Lingkungan dalam
konteks ini adalah lingkungan di luar rumah atau keluarga. Lingkungan pertama yang
berpengaruh adalah sekolah, pengaruh teman sebaya (peers), status sosial ekonomi, peran gender dalam keluarga, dan
media masa.
Lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan kognitif anak adalah lingkungan yang mampu merangsang rasa ingin
tahu, kemampuan untuk mengamati serta menyelesaikan masalah serta mengembangkan
alternative penyelesaian masalah.
Beberapa tips untuk mengembangkan
kemampuan kognitif pada anak, antara lain :
1.
Asupan
gizi yang memadai dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.
2.
Melakukan
beberapa latihan fisik dan relaksasi seperti, brain gym.
3.
Keluarga
sebagai fondasi bagi perkembangan anak ke depan hendaknya mampu menciptakan
suasana yang harmonis, hangat dan penuh kasih sayang. Hal ini dapat dikembangkan dengan pola-pola komunikasi serta kemauan
orangtua menjadi model positif bagi anak.
4.
Pola
pengasuhan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak, yaitu pengasuhan otoritatif.
Masss dapaat sumberny Dri mana ya
ReplyDelete