PROSES KONSELING KARIER
- Babak
pengidentifikasian,klarifikasi dan penspesifikasian tujuan atau masalah
yang dihadapi/dialami klien dan
- Babak pemecahan
masalah yang dihadapi klien
A. BABAK PENGIDENTIFIKASIAN,
PENGKLASIFIKASIAN DAN PENSPESIFIKASIAN TUJUAN ATAU MASALAH YANG DIHADAPI KLIEN
Babak ini terbagai atas 4 tahap, yakni :
- Tahap pembentukan
hubungan konseling karier klien-konselor
- Tahap pengumpulan
informasi diri dan lingkungan klien
- Tahap pemahaman
informasi diri dan lingkungan klien dan
- Tahap diagnosis
Perlu mendapat perhatian, sebelum
berlangsung proses konseling, bahwa tidak semua individu datang kepada konselor
untuk meminta bantuan konseling karier. Mungkin individu yang datang itu hanya
sekedar untuk memperoleh bantuan memperbaikai kualitas hidupnya (the client has
a goal of self-improvement); ia/mereka datang hanya untuk memperoleh informasi
saja. Akan tetapi ada pula individu yang datang itu pada mulanya hanya untuk
memperoleh informasi tentang karier/pekerjaan; setelah melakukan
pembicaraan/omong-omong dengan konselor, ternyata ia bermasalah yang memerlukan
bantuan/pertolongan konseling karier. Oleh karena itulah dipergunakan
“tujuan-masalah”. Jadi hendaknya konselor janganlah berasumsi, bahwa setiap
individu yang datang kepada konselor bermasalah dan memerlukan pertolongan
konseling karier.
I. Tahap Pembentukan
Hubungan Konseling Karier
a.
Prasyarat untuk terjadinya hubungan konseling karier
b.
Empati dan penerimaan secara positif
c.
Hangat dan penuh perhatian
d. Terbuka dan jujur
e.
Rasa hormat dan pernghargaan bermartabat
f.
Konkrit dan khusus/unik
Pertanyaan yang diajukan :
- Nama, alamat,
pendidikan/sekolah, orang tua/keluarga;
- Tujuan dan maksud
datang ke sini, kenapa, siapa yang merujuk/menunjukkan;
- Bagaimana terjadinya
proses konseling, persyaratan-persyaratan konseling;
- Penstrukturan, peran
dan tugas klien; peran dan tugas konselor
II. Tahap Pengumpulan
Informasi diri dan lingkungan klien untuk memahami tujuan dan masalah klien.
Pertanyaan-pertnyaan yang diajukan adalah sbb :
- Who is the client ?
- How does the client
use to represent these views?
- What themes does the
client use to organize and direct his or her behavior based these views ?
- What is the client’s
current status and environment like ?
client’s life rules,settings, and events relationship to
client’s goal or problem.
Untuk memperoleh informasi-informasi tsb dipergunakan
keterampilan-keterampilan konseling
- Mendengarkan
- Mengarahkan
- Merefleksikan
- Meringkaskan
- Mengkonfrontasikan
- Mentafsirkan, dan
memberikan informasi.
- Keterampilan
mendengarkan = mendengarkan dengan penuh perhatian kata-kata yang diucapkan klien
dan disertai menangkap dengan mata (melihat) akan gerak gerik badannya
(body languange).
Keterampilan mendengarkan ini meliputi :
(a) memberikan perhatian atau memperhatikan
(b) menyusun ungkapan (poraphrasing)
(c) memberikan penjelasan atau menjelaskan (clarifying),
dan
(d) mencek persepsi.
- Keterampilan
mengarahkan (leading skills), bertujuan mendorong klien untuk mengadakan/melakukan
komunikasi dengan konselor secara terbuka dan terus terang.
Keterampilan mengarahkan terdiri dari :
- keterampilan
megarahkan langsung = cara untuk memusatkan kepada pokok bahasan secara
khusus, mendorong klien untuk menguraikan, menjelaskan, memberikan contoh-contoh
tentang apa yang telah dikatakannya.
- Keterampilan
mengarahkan tidak langsung, agar klien mau memulai berbicara dan
bertanggung jawab akan apa yang dikatakannya.
- Memusatkan
pembicaraan, memusatkan kepada pokok bahasan/masalah yang dianggap penting
serta bermanfaat bagi klien. Hal ini dilakukan apabila klien
berputar-putar dalam keragu-raguan dan kesamaran.
- Mengajukan
pertanyaan/bertanya, yakni mengajukan pertanyaan terbuka untuk mendorong
klien agar mengolah masalahnya, perasaannya, dan tingkah lakunya sendiri.
- Keterampilan
merefleksikan = merefleksikan perasaan, pengalaman dan gagasan pokok sebagai
petunjuk bahwa konselor telah berada dalam kerangka rujukan (frame of
reference) diri klien serta memberikan perhatian penuh terhadap masalah
klien.
- Keterampilan
merangkumkan, meliputi keterampialn untuk : (a) memperhatikan apa yang dikatakan
klien (isi); (b) bagaimana dikatakannya (perasaan); dan (c) tujuan, waktu
dan akibat dari perkataan/pernyataan klien (proses). Merangkumkan
berkaitan dengan upaya mempersatukan gagasan dan perasaan ke dalam satu
pernyataan pada akhir suatu wawancara konseling. Tujuan utama dari
merangkumkan adalah untuk memberikan akan adanya kemajuan pada diri klien
dalam mengolah gagasan dan perasaannya; dan juga memberikan kesadaran
kepada klien akan adanya kemajuan dalam belajar dan pemecahan masalah yang
dialami/dihadapi klien.
- Keterampilan
memperhadapkan (konfrontasi) : (a) mengenali perasaan yang tersirat; (b)
pelukisan dan ambil bagian perasaan (describing and sharing feelings); (c)
memberikan/menyampaikan umpan balik (feed back) tanggapan sebagai reaksi
terhadap pernyataan klien; (d) pemediatian, jalan tengah keluar dari
pertentangan diri (self-confrontation); (e) pengulangan (repeating)-
mengulangi apa yang tadinya masih kabur/ tak jelas; dan (f) pengasosiasian
(associasing)- menghilangkan hal-hal yang masih melekat yang
menimbulkan/menjadikan konfrontasi (free-association).
- Keterampilan
menafsirkan : (a) menafsirkan pertanyaan- pertanyaan untuk menyadarkan klien;
(b) menafsirkan fantasi dan metafora sebagai simbol gagasan dan perasaan
klien.
- Keterampilan
penyampaian informasi : (a) pendekatan dan (b) memberikan informasi
(informing).
L.E. Isaacson dalam bukunya “Basics of Career
Counseling” (1985: 98, 104-105) mengemukakan 3 jenis pernyataan/ungkapan klien
yang menunjukkan/ yang dapat dijadikan petunjuk apakah masalah yang terkandung
dalam pernyataaan tersebut : tak tentu, mungkin terjadi atau mungkin masalah
konseling karier.
Type 1 Presenting Statement (uncertain,
indefinite)
1.
I saw a notice (on the buletin board) abaout counseling (in
the newspaper).
2.
Someone said I could take e test here.
3.
My (principal, teacher, friend) sent me for counseling.
4.
My spouse and I have split up.
Type 2 Presenting Statement (suggests
other problem may be present).
1.
My major doesn’t seem right for me.
2.
I like…….but I’m not doing well in it.
3.
I don’t like the (scholl, major, job), I’m in.
4.
there seems to be no job on my field.
5.
I think I’m ready to make a change.
6.
Everything they fire me they tell me toget some counseling.
7.
I don’t want to work, but it looks like I’ll have to.
8.
My job requires more (time, effort, travelete) then I want to
give.
Type 3 Presenting Statement (probably
career counseling)
1.
I want to be sure I’m going into right field.
2.
I can’t decide on a (college, major, job).
3.
The only jobs I know are……and……, but I (don’t want either,
like both) of them.
4.
I want a job that involves (interest, activity, value,
opportunity), what is there ?
5.
I don’t want to be in the same rut (pekerjaan, kebiasaan) as
my (parents, sibling, friend).
6.
My children are not in school so I’d like to do something
outside of the home.
Pengumpulan informasi ini dapat berlangsung 2-4 pertemuan
@ 60 menit.
III. Tahap Penganalisisan
Informasi Tentang Diri Dan Lingkungan Klien
Informasi tentang diri dan lingkungan klien yang telah
terkumpul dipilih, dipilah-pilih, dianalisis kemudian dihubung-hubungkan dengan
:
1.
Teori-Teori Perkembangan Karier : Trait and Factors,
Psikoanalisis, John Holland, Myers -Briggs, Super, peranan pekerja (data,
gagasan, orang, benda)- Prediger, gaya pelajar-Kolb, gaya pembelajaran-
Confield, gaya hidup- Adler, Anna Roe, dll.
2.
Teori-Teori Konseling : Trait and Factors,
Client-Centered, Psychodinamic, Developmental, Behavioral dll.
3.
Sistem Klasifikasi Jabatan : Kamus Jabatan Indonesia,
Dictionary of Occupational Titles (DOT), Guide for Occupational Exploration
(GDE), Standard Occupational Classification Manual (SOC).
Untuk diketahui/diketemukan apa yang menjadi salahnya, apa
sebabnya/karena apa (Diagnosis).
4. Tahap
Diagnosis
Tahap Diagnosis = tahap penarikan kesimpulan atas dasar hasil analisis,
penentuan/penetapan, apa yang menjadi masalah itu terletak pada:
1.
Pengambilan Keputusan Kurang Tepat/Keliru :
a.
Getting Started
b.
Information Gathering
c.
Generating, Evaluating and Selecting Alternatif
d.
Formulating Plans to Implementing Decisions
2.
Pelaksanaan Perencanaan Karir
a.
Characteristics of The Individual
b.
Charactetistics external to The Individual
3.
Perilaku Organisasi/Lembaga
a.
Deficiancies in Skills, Abilities and Kowledge
b.
Personal Factors
c.
Conditios of the Organization/Institutional Environment
4.
Adaptasi Organisasi/Lembaga
a.
Initial Entry
b.
Change Overtime
c.
Interpersonal Relation
B.
BABAK PEMECAHAN MASALAH/TUJUAN KLIEN
Babak ini terbagi atas 2 tahapan,
yaitu : (1) tahap pengambilan tindakan dan (2) tahap pengevaluasian terhadap
dampak yang ditimbulkan/diakibatkan oleh intervensi.
1.
Tahap Pengambilan Tindakan.
Hasil
diagnosis itu dirinci/dioperasionalkan ke dalam bentuk tingkah laku: pikiran
(thinking), perasaan (feeling), atau tindakan (action).
Lakukan
intervensi konseling :
Ø Jika pikiran yang
dirubah/diperbaiki lakukan konseling dengan teknik trait and factor, teknik
client centered atau teknik developmental.
Ø Jika feeling/perasaan
yang dirubah lakukan konseling dengan menerapkan teknik psikodynamic.
Ø Jika
tindakan/keterampilan fisik (kondisi syaraf otot) yang hendak dirubah/perbaiki
terapkan teknik konseling behavioral.
Kinnier dan Krumboltz menyusun daftar hubungan antara
masalah yang dihadapi klien dengan tugas konseling sebagai berikut :
CLIENT OBSTACLES
|
COUNSELING TASKS
|
1. Inaccurate
information/maladaptive beliefs
|
1. Cognitive restructuring
|
2. Uncertain priorities
and values
|
2. Clarity values
|
3. Unaware of abilities
interest, and skills
|
3. Self-assessment of
career relevant attribute
|
4. Wealth of accupational
information
|
4. Obtain information
gathering and analyzing skills
|
5. Lack systematic
decision skills
|
5. Obtain career decision
skills
|
6. Lack of job-seeking
skills
|
6. Obtain job-seeking
skills
|
- Tahap Penilaian
Dampak Intervensi Konseling
Pada tahap ini dampak intervensi
konseling karier (dampak intervensi konseling)dievaluasi: -berhasil atau gagal
:
- Apabila tujuan atau
masalah klien belum terpecahkan, diadakan daur ulang (recycle.
- Apabila tujuan atau
masalah klien telah terpecahkan, maka hubungan konseling karier
diakhiri).
PROSES KONSELING KARIER
John. O. Crites dalam bukunya “Career
Counseling: Models, methods and Material”, proses konseling dibagi 4 tahap,
yaitu: Tahap Diagnosis, Tahap Klarifikasi Masalah, Tahap Pengspesifikasian
Masalah dan Tahap Pemecahan Masalah. Crites menyarankan bahwa dalam pengambilan
keputusan karier, pemerolehan/kebolehan/keterampilan keputusan dan peningkatan
kemampuan penyesuaian diri hendaknya dipandang sebahai tujuan-tujuan konseling
karier. Selanjutnya ia menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan-tujuan konseling
karier tersebut, teknik wawancara, penafsiran hasil-hasil tes dan informasi
jabatan-jabatan pekrjaan (occupational information) merupakan metode-metode
yang umuj/biasa dipergunakan dalam proses konseling karier.
R.T
Kinner dan J.D Krumbeltz, dalam bukunya “Designing Careers: Counseling to Enchange
Education, Work, and Leisure”, membagi proses konseling karier itu 3 babak, yaitu :
Babak Asesmen, Babak Interview, dan Babak Evaluasi.
I.
During the assessment
phase, the counselor and client work on relationship development, agreement
about the structure of the counseling sessions, and agreement about the goals
of counseling. Problem exploration and identification also are part of the
assessment phase. Part of the counseling session involves identifying obstacles
that client need to overcome.
II.
The intervention phase
consist of the activities that counselor and client think will help alleviate
(mengurangi) the client concern (keprihatinana, kecemasan) or reach the clients
goal.
III.
Finally, during the
evaluation phase, the client and counselor evaluate how well the interventions
worked.
Donald
E. Super mengembangkan proses konseling karier dalam bentuk (dinamakan) A
Development Assessment Model. Model tersebut terdiri dari 4 babak/langkah,
yakni : Step I=Preview; Step II=Depth-View Further Testing; Step III=Assessment
of All Data; dan Step IV=Counseling.
PROSES KONSELING KARIER MODEL
ASSESSMENT
DEVELOPMENTAL-SUPER
Step
I : Preview-Peninjauan
A. Assembly of data on hand
B. In take Interview
C. Preliminary assessment
Step
II : Depth-View= Further Testing ?
A.
Work Salience-Pekerjaan Pokok
1.
Relative importance of diverse roles
a.
study
b.
work and career
c.
home and family
d.
community service
e.
leisure activities
2.
Values sought in each role
B.
Carier maturity
1.
Planfulness
2.
Exploratory Attitudes
3.
Decision-making Skills
4.
Information
a.
world of work
b.
preferred occupational group
c.
other life-career roles
5.
Realism
C.
Self-Concepts
1.
Self-esteem
2.
Clarity
3.
Harmony
4.
Cognitive Complexity
5.
realism
6.
Others (Super and Others 1963)
D.
Level of abilities and potential functioning
E.
Field of interest and probable activity
Step
III : Assessment Of All Data
A.
Review of all data
B.
Matching and Prediction
1.
individual and occupations
2.
individual and non-occupational roles
C.
Palnning Communication eith Counselee, family, and others.
Step
IV : Counseling
A.
Joint Review And
Discussion
B.
Revision or Acceptance Assessment
C.
Assimilation by The Counselee
1.
understanding the present and next stages
2.
recognizing one’s self-concepts
a.
accepting the actual
b.
clarifying the actual and the ideal
c.
developing harmony among self concepts
d.
refining cognitive complexity
e.
assuring the realism of self-concepts
f.
others
D.
Discussion of Action Implications and Planning
1.
Planning
2.
Execution
3.
Follow-up for support and evaluation
Norman C. Gysbers dan Earl
J. Moore dalam bukunya “Career Counseling : Skills and Techniques for
Practitioners”, membagi proses konseling 2 babak, yaitu : babak I=
Pengklarifikasian dan Pengspesifikasiannya, dan Babak II= Pemecahan masalah
serta pencapaian Tujuan Konseling Karier.
PROSES KONSELING KARIER GYSBERG
DAN MOORE
I.
Client Goal Or Problem
Identification, Clarification, And Specification
A. Esthablishing a
client-counselor relationship incliding client-counselor responsibilities.
B. Gathering client self and
environmental information to understand the client’s goal or problem.
1.
Who is the client ?
a.
How does the client view himself or herself, others, and his
or her world?
b.
What language does the client use to represent these views ?
c.
What themes does the client use to organize and direct his or
her behavior based on these views ?
2.
What is the client’s current status and environment like ?
a.
Client’s life roles, setting and events
b.
Relationship to client’ goal or problem
C. Understanding client self
and environmental information by sorting, analyzing and relating such
information to client’s goal or problem through the use of
1.
Carier development theories
2.
Counseling theories
3.
Classification systems- Klasifikasi Jabatan Pekerjaan
D. Drawing conclisions;
making diagnosis
II.
Client Goal Or Problem
Resolution
A. Taking action;
interventions selected based on diagnosis. Some examples of intervensions
include counseling techniques, testing, personal styles analyses, career and
labor market information, individual career plans, accupation/card sorts, and
computerized information and decision systems.
B. Evaluating the impact of
the intervention used. Did intervention resolve the client’s goal or problem ?
1.
If goal or problem was not resolved, recycle
2.
If goal or problem was resolved, closed counseling relationship.
KONSELING KARIER INDIVIDUAL DAN
KELOMPOK
Konseling
karier terbagi atas : konseling karier individual dan konseling karier
kelompok.
I.
Konseling Karier
Individual
A. Model Konseling Karier
Gysbergs
1.
Babak identifikasi, klarifikasi, dan spesifikasi masalah
klien
1.1
Tahap pembentukan hubungan klien-konselor dan pembagian
tanggung jawab
1.2
Tahap pengumpulan informasi tentang diri dan lingkungan klien
1.3
Tahap pemahaman tentang diri dan lingkungan klien, dikaitkan
dengan :
a.
Teori-teori perkembangan dan pemilihan karier: Ginzberg,
Holland, Roe, Super, dsb
b.
Teori-teori konseling : Trait and Factor, Psychodynamic,
Client-Centered, Developmental, Behavioral.
c.
Sisten klasifikasi pekerjaan/jabatan: Dictionary of
Occupational Titles; Guide for Occupational Exploration; Standard Occupational
Classification, Kamus Jabatan Indonesia.
1.4
Tahap diagnosis : disebabkan karena/ terletak pada=
pengambilan keputusan, pelaksanaan rencana, kinerja organisaasi/lembaga,
penyesuaian/kesesuaian dengan/dalam organisasai/lembaga.
2.
Babak Pemecahan masalah klien
2.1 Tahap pengambilan tindakan
intervensi : Cognitive Structuring, Clarify Values, Self Assessment of Career
Relevant Atributes, Obtain Information Gathering and Analyzing Skills, Obtain
Career Decision Skills, Obtain Job-Seeking Skills.
2.2 Tahap Pengevaluasian
hasil/dampak intervensi : berhasil-kurang berhasil-gagal.
B. Model Konseling karier
Stewart Dkk
1.
Tahap I : Pada
tahap awal ini konselor menerangkan kepada klien hubungan konseling
klien-konselor, meliputi : tujuan konseling, tanggung jawab konselor dan klien,
segala sesuatu yang menjadi fokus/pusat perhatian dalam konseling dan
batas-batas ruang lingkup/daerah garapan konseling.
2.
Tahap II : konselor
menelusuri/menerka/mencari tahu apa yang menjadi madsalah klien. Dengan cara/
melalui percakapan antara konselor dengan klien-ungkapan-ungkapan klien.
Kemudian pemahaman konselor atas ungkapan-ungkapan klien tersebut
diklarifikasi/dicek kebenaran/keabsahannya kepada klien sendiri.
3.
Tahap III : berikutnya
konselor bersama klien menetapkan kesepakatan tujuan konseling dan tujuan
khusus pembelajaran dalam konseling (A mutually acceptable goal and specific
learning objective for counseling).
4.
Tahap IV : fase
selanjutnya adalah mantapkan strategi pelaksanaan (implementasi) pencapaian
tujuan-tujuan khusus pembelajaran klien (to determine and implement a strategy
for attaining the client’s learning objective). Strategi utama/pokok tersebut
meliputi : pencarian informasi, pengambilan keputusan dan pemodifikasian
perilaku klien. Rencana pemecahan masalah tersebut mencakup penetapan :
tujuan-tujuan antara dan langkah khusus yang ditempuh/diambil oleh klien dan
juga konselor serta langkah-langkah pelaksanaannya.
5.
Tahap V : dalam fase ini, tampilan perilaku klien
dievaluasi dengan dua dimensi/tolok ukur: pertama, perbaikan/kemajuan yang
telah dicapai dibandingkan dngan kondisi awal, yakni taraf tampilan perilaku-bermasalah;
dan kedua, taraf ketercapaian tujuan khusus, pembelajaran tersebut belum
tercapai, maka konselor dank lien harus melakukan “recycle” (mengulang kembali)
ke tahap IV, setelah itu, tampilan perilaku klien dievaluasi lagi…dst.
6.
Tahap VI : setelah
tujuan-tujuan khusus tercapai dan menunjukkan tidak memerlukan konseling
dilanjutkan, maka konselor mulai menghentikan hubungan yang teratur (regular)
dengan klien. Konselor mulai menerangkan alas an-alasan dan prosedur-prosedur
(explaining the rational and procedures) penghentian dan penyelesaian setiap
penolakan pengakhiran proses konseling yang datang dari klien ataupun konselor.
Langkah selanjutnya, konselor melakukan/mengadakan transfer pembelajaran dengan
menekankan pada strategi bagaimana menggunakan/menerapkan
keterampilan-keterampilan yang telah dipelajari/diperoleh ketika proses
konseling berlangsung untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pada masa
mendatang. Akhirnya, konselor membuat rencana/merencanakan pemantauan
penampilan perilaku klien pada waktu-waktu tertentu setelah pengakhiran
konseling.
7.
Tahap VII : pada tahap
ini, konselor mengadakan/melakukan tidak lanjut atau memantau tampilan perilaku
klien. Prosedur/cara yang dilakukan konselor adalah salah satu atau lebih dari
cara berikut :
a.
observing the client’s behavior directly
b.
asking the client how he is progressing in brief checkup
interviews
c.
requesting information from others in the client’s
environment who are familiar with his performance; and
d.
examining records and other written data concerning the
client’s behavior
Jika klien mendapat kesulitan-kesulitan lagi, maka
persiapan perlu dilakukan untuk menyelenggarakan konseling lagi.
II.
Konseling Karier Kelompok
1.
Asumsi-Asumsi Penyelenggaraan
a.
Perencanaan dan pengambilan keputusan membutuhkan informasi
masukan tentang pekerjaan/jabatan.
b.
Adanya dat yang akurat tentang diri klien: bakat, preferensi,
hasil belajar, nilai kehidupan.
c.
Prosedur konseling, yakni : memberi peluang kepada
peserta/klien untuk mengeksplorasi dirinya sendiri, mengidentifikasi dan
memeriksa aspek-aspek diri sendiri, memperoleh umpan balik dari orang lain, dan
mencoba melakukan.
d.
Tanggung jawab garapan konseling kelompok : klarifikasi dan
pengembangan konsep diri, hubungan informasi diri dengan pendidikan dan
pekerjaaan/jabatan, pembelajaran perencanaan dan pengambilan keputusan karier,
dan pembelajaran keterampilan serta sikap mencari kerja dan mengelola jabatan.]
2.
Kriteria Konseling Kelompok
a.
Berinteraksi dengan orang lian
b.
Mencapai tujuan bersama
c.
Ada norma yang mengarahkan dan membatrasi kegiatan
d.
Tiap anggoata melakukan peran-perqn tertentu- seperangkat
peran
e.
Mengembangkan jaringan interpersonal attraction
f.
Pemuasan kebutuhan perseorangan anggota kelompok.
3.
Tujuan Konseling: Pengidentifikasian dan Pengembangan Konsep
Diri (Self Concept)
4.
Proses Konseling : dengan aktivitas-aktivitas
a.
Eksplorasi perasaan-perasaan, sikap dan nilai-nilai dan
kemampuan dalam suasana penerimaan diri
b.
Interaksi dengan orang lain (sesama anggota) dengan
menekankan kepada umpan balik tentang bagaimana orang lain mempersepsi
rencana-rencana karier dan tujuan-tujuan okupasional pribadi.
c.
Meninjau informasi tentang diri sendiri dan menghubungkannya
dengan tujuan-tujuan kehidupan/hidup
d.
Memperoleh informasi serta melakukan tinjauan/telaah terhadap
okupasi, pendidikan dan pelatihan yang mungkin dicapai/diperoleh
e.
Mempraktekkan pengambilan keputusan.
DIAGNOSTIC TAXONOMY OUTLINE:
PROBLEM CATEGORIES AND SUBCATEGORIES
(R. E. CAMPBELL AND J.V CELLINI)
1.0
Problems in Career Decision Making
1.1
Getting Started
A. Lack of awarness of the
need for a decision
B. Lack of knowledge of the
decision-making process
C. Awarness of the need to
make a decision, but avoidance of assuming personal responsibility for decision
making
1.2
Information Gathering
A. Inadequate,
contradictory, and for insufficient information
B. Information overload,
e.e, excessive information which confuses the decision maker
C. Look of knowledge as to
how gather information, i.e, where to obtain information, how to organize, and
to evaluate it.
D. Unwillingness to accept
the validity of the information because it does not agree with the person’s
self concept
1.3
Generating, Evaluating, and Selecting Alternatives
A. Difficulty deciding due
to multiple carer options, i.e, too many equally attractive career choices
B. Failure to generate
sufficient career options due to personal limitations such as health,
resources, ability, and education.
C. The inability ti decide
due to the thwarting (terhalangi) effects of anxiety such as fear of failure in
attempting to fulfill the choice, fear of social disapproval, and/or fear of
commitment to a course of action.
D. Unrealistic choice, i.e
(=id est), aspiring either too low or too high, based upon criteria such as
aptitudes, interest, values, resources, and personal circumstances.
E. Interfering personal
constraints which impede (mengganggu) a choice such as interpersonal infliences
and conflicts, situational circumctances, resources and health.
F.
The inability to evaluate alternatives due to lack of
knowledge of the evaluation criteria- the criteria could include values,
interest, aptitudes, skills, resources, health, age, and personal
circumstances.
2.0
Problem in Implementing Career Plans
2.1 Characteristics of The Individual
A. Failure of the individual
to undertake (=melakuan) the steps necessary to implement his/her plan
B. Failure or inability to
successfully complete the steps necessary for the goal attainment
C. Adverse (merugikan)
changes im the individual’s physical or emotional condition
2.2 Characteristics External
to the Individual
A. Unfavorable economic,
social and cultural conditions
B. Unfavorable conditions in
the organization or institution control to the implementation of one’s plans
C. Adverse conditions of or
changes in the individual’s family situation
3.0
Problems in Organization/Institutional Performance
3.1 Deficiencies in Skills,
Abilities, and Knowledge
A. Insufficien skills,
abilities and knowledge upon position entry, i.e, underqualified ti perform
satisfactorily
B. The deterioration
(kemunduran) of skills, abilities and/or knowledge overtime (bekerja lembur) in
the position due to temporary assignment to another position, leave (cuti,
meninggalkan), and/or lack of continual practice of skill
C. The failure to modify or
update skills, abilities, and/or knowledge to stay abreast (mengikuti) of job
changes, i.e, job obsolvescence (usang, kuno) due to new technology, tools, and
knowledge.
3.2 Personal Factors
- Personality
characteristics discrepant with the job, e.g (example gratia), values,
interest, and work habits
- Debilitating
(pelemahan) physical and/or emotional disorders (kacau, gangguan)
- Adverse off-the-job
(menganggur, tak punya pekerjaan), personal circumstances and for
stressors, e.g, family.
- The occurrence of
interpersonal conflict on the job which are specific to performance
requirements, e.g, getting along with the boss, co-workers, cuctomers,
and clients.
3.3 Conditions of The
Organization/Institutional Environments
- Ambigous or
inappropriate job requirements, e.g, lack of clarity of assignments, work
overload and conflicting assignments
- Deficiencies in the
operational structure of the organization/institution
- Inadequate support
facilities, supplies aand resources, e.g, insufficient lighting,
ventilation, tools, support personel, and materials.
- Insufficient
rewards system, e.g, compensation, fringe benefits (tunjangan tambahan),
status recognition (penghargaan), and opportunities for advancement.
4.0
Problems in Organization/Institutional Adaptation
4.1 Initial Entry
A.
Lack of knowledge of organizational rules and procedures
B.
Failure to accept or adhere (mentaati) to organizational
rules and procedures
C.
Inability to assimilate large quantities of new information,
i.e, information overload.
D.
Discrepancies between the individual’s expectations and the
realistics of the institutional/organizational environment.
4.2 Changes Over Time
A.
Changes Over the life span in one’s attitudes values, life
style, career plans, or commitment to the organization which lead to
incongruence between the individual and the environments
B.
Changes in the institutional/organizational environment which
lead to incongruence between the individual and the environments, e.g, physical
and administratives structure, policies, and precedures
4.3 Interpersonal
Relationships
A.
Interpersonal conflict arising from differences of opinion,
style, values, mannerisms, etc
B.
The occurrence of verbal or physical abuse (perlakuan,
siksaan) or sexual harassment.
Sumber
: Norman C. Gysbers Earl J Moore, Career Counseling, Skills and Techniques for
Practitioners, Prentice Hall, Inc, New Jersey, 1987, p. 178-179.
No comments:
Post a Comment